TOPENG BLANTEK DI KAMPUNG BETAWI
(STUDI KASUS : SANGGAR SENI “FAJAR IBNU SENA” CILEDUG)
SKRIPSI Fakultas Adab dan Humaniora
Dengan Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
An. HAMMATUN AHLAZZIKRIYAH NIM. 1111022000008
KONSENTRASI ASIA TENGGARA
PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/ 2016 M.
BAB IV
SANGGAR SENI FAJAR IBNU SENA DI CILEDUG
A. Sejarah berdirinya
Sanggar Seni Fajar Ibnu Sena
Sanggar
adalah suatu wadah yang diciptakan sedemikian rupa yang digunakan untuk
mencipta, berkarya, atau berkreasi tentang seni. Sanggar merupakan tempat
kumpul, diskusi, latihan, dan bereksplorasi calon-calon dan seniman. Sanggar
yang dikelola dengan baik dan memiliki agenda kegiatan yang jelas,dapat
menunjang kraetivitas seniman.[1]kesenian
budaya seperti Topeng Blantek dapat bertahan karena dijaga dan dilesterikan oleh
sanggar-sanggar yang melebar luas diberbagai daerah. peran sanggar sangat
penting selain menjaga dan melestarikan seni kebudayaan Topeng Blantek peran
sanggar juga dapat mengembangkan, memberi dan memfasilitaskan bagi siapa saja
masyarakat yang ingin belajar dan mengetahui seni Topeng Blantek.
Sejarah beridri sanggar Fajar Ibnu Sena Awalnya ada
seorang seniman yang bernama Asep Subarkah atau sering disebut Ras Barkah yang
memperkenalkan dan mengembangkan Topeng Blantek sehingga banyak sanggar-sanggar
yang berdiri. Salah satunya adalah sanggar Fajar Ibnu Sena.
sekitar tahun 1980-an nama sanggar ini
adalah Topeng Blantek Nasir Mupid karena yang mendirikan adalah
Nasir Mupid seorang seniman yang lahir di Jakarta pada tanggal 2 April 1960,
salah satu seniman muda yang pernah mendapatkan penghargaan sudin kebudayaan
dan permuseuman Jakarta selatan. Kegigihan
dalam melestarikan seni budaya Betawi Topeng Blantek dilakoni sejak tahun
1980. Dan sampai saat ini tidak ada
tanda-tanda lelah pada diri Nasir Mupid dalam memperjuangkan eksistensi seni
budaya Topeng Blantek.
pada
tanggal 5 Agustus 1983 Sanggar Topeng Blantek Nasir Mupid telah
resmi atau telah
terdaftar di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan Lembaga Kebudayaan Betawi, kemudian meerubah nama menjadi sanggar Fajar Ibnu Sena,
nama sanggar tersebut diambil dari nama putra kedua bapak Nasir Mupid.
Sanggar
Fajar Ibnu Sena adalah kelompok Topeng Blantek yang masih berusaha untuk tetap
bertahan. Kesenian ini sudah semakin jarang dimainkan, dan nyaris terancam punah.
Satu per satu kelompok yang dulu sempat menjamur menjadi berguguran. Kesenian
ini sangat populer di masa lalu dan berfungsi sebagai sarana komunikasi
menyebarkan agama Islam. Dan Topeng
Blantek juga dimanfaatkan untuk mensosialisasikan berbagai program Pemerintah sehingga jumlah kelompok Topeng Blantek daulunya mencapai puluhan.
sanggar ini bisa berdiri
Karena keinginan seorang tokoh seniman yaitu Nasir Mupid.
Sebelumnya Nasir Mupid pernah belajar dan juga ikut gabung bersama
kelompok Ras Barkah namun setelah Ras Barkah meninggal dunia, Nasir Mupid
membangun sanggar Fajar Ibnu Sena karena keinginan Nasir Mupid untuk terus
mengembangkan dan memperkenalkan kepada masyarakat Pertunjukan seni Topeng
Blantek.
beberapa pretasi yang telah diraih Juara I Festival
Topeng Blantek tahun 1994, Peserta Proyek Percontohan
Pertunjukan keliling Topeng Blantek tahunn 1995.
Sanggar Fajar Ibnu Sena sempat vakum kemudian pada tahun
2003 sanggar Fajar Ibnu mulai bangkit kembali. Walaupun sekarang
penuh dengan keprihatinan sanggar Fajar Ibnu Sena terus membina,
mengembangkan dan melestarikan Blantek kepada generasi muda diwilayahnya.
Dengan terus menyelenggarakan pelatihan Blantek setiap minggu secara rutin dan
melakukan berbagai kegiatan pertunjukan dikampung-kampung.
Pada tahun 2007 Sanggar Fajar Ibnu Sena kembali mendapat
prestasi yaitu Anugrah Seni Teater Tradisional Betawi
(Topeng Blantek) serta beberapa kegiatan seminar dan lokarya
teater tradisional Betawi. Dalam perkembangannya, Fajar Ibnu Sena salah satu
dari sedikit kelompok Topeng Blantek yang masih berusaha untuk tetap bertahan.
Kesenian ini sudah semakin jarang dimainkan, dan nyaris terancam punah. Satu
per satu kelompok yang dulu sempat menjamur menjadi berguguran. Kini sangat
diharapkan adanya upaya revitalisasi Topeng Blantek dapat dibina, dikembangkan
dilestarikan dan dimanfaatkan keberadaannya ditanah kelahirannya sendiri.
Kesenian ini sangat populer di masa lalu dan berfungsi sebagai sarana
komunikasi menyebarkan agama Islam.[2] Karena
dahulunya Topeng Blantek ini berkembang dan disebarkan oleh para pedagang
keliling zaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka bercerita
diantara sundung (sebagai alat membawa barang dagangan) dan obor (sebagai alat
penerang). Jadi Topeng Blantek sangat berperan sebagai media dakwah dan
penyebaran Islam. karena sanggar Fajar Ibnu Sena didasari oleh pemikiran
pentingnya sebuah gerakan kebudayaan untuk dakwah, pendidikan, sosial, proses
penyadaran pikiran dan jiwa serta pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan
utamanya adalah menjaga dan memelihara keutuhan harkat dan martabat manusia.[3] Karena
sanggar Fajar Ibnu Sena memiliki konsep yaitu Semua kegiatan Fajar Ibnu Sena
berbentuk gerakan kebudayaan dan kemanusiaan yang memakai media seni budaya
untuk melakukan proses dakwah, pendidikan, sosial, penyadaran, dan pemberdayaan
masyarakat. Sasaran utamanya adalah masyarakat dan lingkungan dengan membentuk
generasi yang cerdas, edukatif, responsif, inovatif, apresiatif terhadap
lingkungan dan masyarakat. Visi
dan misi yang dirancang sanggar Fajar Ibnu Sena adalahTerwujudnya peradaban baru bangsa
Indonesia yang lebih demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia dan
Membangun gerakan kebudayaan di Indonesia, yang mampu membentuk masyarakat
berkultur demokrasi yang berkeadilan, toleran, pluralis, dan menjunjung tinggi
kesetaraan jender.
Adapun
kelembagaan sanggar Fajar Ibnu Sena sebagai berikut:
o Fajar Ibnu Sena adalah organisasi yang berbentuk
perkumpulan dan bersifat terbuka untuk semua partisipan tanpa membedakan
agama,suku,warna kulit, dan latar belakang kebudayaannya.
o Fajar Ibnu Sena adalah organisasi para professional di
bidang seni budaya yang mempunyai komitmen pada persoalan-persoalan sosial
kemanusiaan dalam rangka penegakan hak asasi manusia.
o Fajar Ibnu Sena adalah perkumpulan di bidang seni budaya
yang tidak sekedar melakukan diskusi, apresiasi, atraksi seni budaya, tetapi
melakukan proses penyadaran melalui berbagai bentuk ekspresi seni budaya
sebagaimana ditegaskan bahwa misi kebudayaan yang akan diusung adalah
mengembangkan seni budaya dalam konteks kepentingan mengangkat harkat dan
martabat manusia.
o Berbekal komitmen tersebut, Fajar Ibnu Sena selanjutnya
telah menyusun rencana-rencana dan pelaksanaan proyek-proyek seni budaya yang
tidak pernah terlepas dari argumentasi konsepnya sendiri.
o Fajar Ibnu Sena akan mendasarkan metode pelaksanaan
kegiatannya pada kolaborasi dengan jaringan seluas mungkin di berbagai
daerah untuk mengangkat persoalan-persoalan sosial yang penting dan aktual.
[1] Dikutip dari Ensiklopedi
Sastra Indonesia Hal
713
[2] PT. Sinar Kasih BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 22:30 WIB
[3] Dokumen Profil Sanggar Seni Budaya
Fajar Ibnu Sena “Menghidupkan Seni, Memajukan Bangsa – Seni Milik
Masyarakat, Masyarakat Memiliki Seni”
Komentar
Posting Komentar