Topeng
Blantek, Hampir Tak Dikenal
Di
susun oleh :
Dewi
Handayani & Zulri Ramadhan
SMAN 90
JAKARTA TAHUN 2016
Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi
yang kini hampir tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat
Betawi yang mengetahui teater rakyat karena banyaknya budaya luar yang
mempengaruhi kebudayaan sendiri serta intensitas pementasan dan pelestariannya
yang berkurang yang menyebabkan seni teater ini kurang dikenali masyarakat
sekitar.
Yahya Adhi Saputra seniman Betawi dalam wawancara
menyebutkan bahwa banyak pula artikel dan pendapat-pendapat yang berbeda
tentang Topeng Blantek, bahkan terdapat perbedaan pendapat tentang definisi dan
sejarah singkat Topeng Blantek.
Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua
kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di
zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari To dan Peng. To artinya sandi dan
Peng artinya wara. Oleh karena itu, Topeng bila dijabarkan berarti sandiwara.
Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa
pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengiringinya,
yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan
bunyi, “blang-blang tek-tek‟. Namun, lidah
masyarakat lebih mudah menyebutnya sebagai Blantek.
Menurut Nasir Mupid, seniman Topeng Blantek,
Topeng Blantek merupakan induk dari teater rakyat Betawi, karena Topeng Blantek
memiliki apresiasi seni yang terdapat di teater rakyat Betawi lainnya. Misalnya
palang pintu, seni tari, seni musik serta seni teater . Kondisi kesenian Topeng
Blantek kian mengkhawatirkan, terutama sepeninggal Ras Barkah. Upaya
melestarikan Topeng Blantek mulai terkendala modal dan sulitnya mencari
generasi penerus serta diperparah dengan tak adanya perhatian dari pemerintah
untuk turut melestarikan kesenian Topeng Blantek.
Menurut Nasir Mupid, dahulu sanggar Topeng
Blantek di Jakarta ada sekitar 32 sanggar, tetapi sampai saat ini hanya tersisa
dua sanggar yang masih bertahan, yaitu di daerah Jakarta barat dan di daerah
Jakarta Selatan. Para lakon yang ada sudah bergabung sejak zaman Ras Barkah.
Hal ini lah yang membuat sanggar-sanggar yang lain tutup.
Oleh karena itu penulis membuat makalah ini
dengan tujuan untuk mengeksplorasi kebudayaan Betawi yaitu Topeng Blantek yang
hampir punah. Supaya teater Topeng Blantek dapat dikenal bukan hanya kalangan
masyarakat lanjut usia tetapi saat ini generasi muda yang melanjutkan
kebudayaan ini. Orang asing saja ingin mempelajari kebudayaan Indonesia,
seharusnya kita sebagai generasi muda memiliki cinta kepada kebudayaan sendiri.
Topeng
Blantek
Seni budaya tradisional merupakan bagian dari
kehidupan masyrakat. Sama halnya dengan seni budaya Topeng Blantek yang menjadi
bagian dari masyarakat Betawi dahulu. Masyarakat Betawi yang cinta terhadap seni
budayanya, akan peduli pada kesenian tradisionalnya. Setiap seni budaya memiliki
sejarah asal-usul terbentuknya budaya tersebut. Awal munculnya seni budaya
Topeng Blantek pada zaman penjajahan Belanda, sekitar abad 19. Zaman penjajahan
Belanda, pergelaran Topeng Blantek sering dilaksanakan oleh orang-orang Betawi
pada saat malam hari. Waktu itu pergelaran Topeng Blantek lebih sering
dipertunjukkan, karena pada saat itu belum banyak seni budaya yang lahir. Para
pemain Topeng Blantek disebut panjak. Mereka yang memainkan Topeng Blantek pada
umumnya adalah orang-orang Betawi.
Pergelaran Topeng Blantek saat itu menjadi
hiburan rakyat dan para koloni Belanda. Asal nama Topeng Blantek berasal dari
kata Topeng yang artinya sandiwara dan Blaind Teks yang artinya
tanpa teks (wawancara Abdul Aziz).
Jadi setiap orang-orang Betawi dahulu menampilkan
pertunjukan sandiwara secara spontan tidak menggunakan teks atau naskah cerita
dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal. Seni budaya
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia apa lagi masyarakat asli Betawi
. Seni budaya Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat
Betawi.
Pada saat awal dibentuknya seni budaya ini
merupakan seni hiburan yang diminati masyarakat pada saat itu. Sebelum lahirnya
Topeng Blantek, pertunjukan Topeng dan Lenong sudah ada. Topeng Blantek lahir
karena sisi tolak yang berbeda antara Topeng dengan Lenong. Saat itu, Lenong
merupakan hiburan masyarakat kelas atas.
Sedangkan Topeng merupakan hiburan masyarakat
kelas menengah kebawah. Dari kedua faktor itulah, Topeng Blantek lahir untuk
menjadi seni budaya yang bersifat universal bagi masyarakat. Oleh sebab itu
Topeng Belantek lahir, ketika ada kesenjangan pada masyarakat yang diakibatkan
oleh dua faktor tersebut.
Mengenai hal tersebut, Abdurrachiem
menegaskan,“Topeng Blantek itu lahir dari sebuah proses keberadaan
pertunjukan Topeng dan Lenong. Lenong ditonton oleh masyarakat kelas atas salah
satunya tuan tanah. Sedangkan Topeng untuk kalangan masyarakat kelas bawah. Dan
Topeng Blantek ada sebagai sisi netral atau penyeimbang. Dalam arti bahwa
Topeng Blantek dapat ditonton oleh semua kalangan.” (Wawancara Abdul Aziz)
Walaupun demikian, Topeng Blantek menjadi
salah satu hiburan rakyat yang berasal dari seni tradisional masyarakat Betawi.
Pada awal keberadaannya, Topeng Blantek dalam pertunjukannya menggunakan obor. Obor
di gunakan sebagai alat penerang dalam pertunjukan dan selalu digunakan oleh
tokoh Jantuk, karena dahulu Topeng Blantek pertunjukannya selalu dimainkan pada
malam hari. Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling
zaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita
diantara sundung dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek
kebanyakan bertani dan berdagang pada siang harinya, itu pun jika diantara
mereka tidak manggung pada malam harinya.
Sejak tahun 1950-an aktivitas Topeng Blantek
vakum. Dan mulai tahun 70-an Pemda DKI Jakarta mulai menggali kembali blantek.
Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka kesenian budaya
Betawi semakin menghilang dan diantara kesenian budaya Betawi mulai dikenal masyarakat
Betawi dan ditayangkan kembali oleh TVRI, serta menjadi akrab kembali.
Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan di ruang terbuka di
halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan
lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan
bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama
pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan
para penonton secara spontan dalam beberapa saat. Pada dasarnya Topeng Blantek
dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya terletak pada iringan musiknya.
Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan Topeng berbau gaya Sunda yang
ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng Blantek diiringi oleh
Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok,Kotek).
Kesenian Topeng Blantek sekarang ini tidak
menggembirakan. Blantek hanya tumbuh dan berkembang didua wilayah, yaitu di
Jakarta selatan, dan Jakarta Barat (wawancara Nasir Mupid).
Regenerasi tidak berjalan sebagaimana
seharusnya. Namun, ada seorang seniman yang giat berusaha memperkenalkan dan
membawa Topeng Blantek diberbagai pertunjukan seni yaitu Ras Barkah pada eranya
Ras Barkah telah membawa kesenian Topeng Blantek kepuncak kepopulerannyya dalam
mengembangakan Kesenian kesenian Topeng Blantek pada tahun 1994, banyak
kesuksesan yang telah dicapai oleh Ras Barkah terutama membangun yayasan untuk
kemajuan kesenian Topeng Blantek.
Topeng Blantek merupakan hasil budaya
masyarakat Betawi yang pada saat ini “termarjinalkan” oleh situasi. Topeng
Blantek belum diketahui sebagian besar masyarakat dan berbanding terbalik jika
dibandingkan dengan keberadaan Lenong. Padahal dalam khazanah kebudayaan
Betawi, Topeng Blantek menjadi bagian penting bagi masyarakat Betawi. Karena
apa? Karena didalam pertunjukan Topeng Blantek terkandung aspek moral, agama,
dan sosiologi masyarakat Betawi itu sendiri. Contohnya bahwa pada setiap pertunjukannya
Topeng Blantek bersetting sundung dan obor. Sundung pada jaman dulu adalah alat
paling berharga bagi masyarakat Betawi dan begitu pula obor adalah simbol
perjuangan masyarakat Betawi pada masa itu. (wawancara Nasir Mupid)
Walaupun, pada sekarang ini Topeng Blantek
mengalami kemunduran. Kebertahanan Topeng Blantek di Jakarta salah satunya di pengaruhi
oleh adanya sanggar Betawi yang berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng
Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait dengan pemiliknya yang merupakan
seniman Betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor penggerak pelestarian terhadap
seni budaya. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung oleh faktor
lain. Seni budaya Topeng Blantek merupakan produk masyarakat Betawi dan
sekaligus menjadi media sosial Betawi.
Topeng
Blantek Sebagai Media Untuk Masyarakat
Pertunjukan seni Topeng Blantek Para pemain
dan seniman Topeng Blantek selalu menyampaikan maksud dan tujuan pada
pertunjukannya. Nilai yang merupakan tuntunan berarti harus terkandung dalam
norma di
masyarakat. Norma sendiri terdiri dari cara (usage),
kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom)
(wawancara Abdul Aziz).
Nilai yang menjadi sebuah tuntunan mempunyai
peran penting terhadap kehidupan masyarakat. Nilai bersifat positif ini secara
langsung di transfer melalui seni budaya pada masyarakat luas. Nilai yang
menjadi tuntunan dapat memberikan sebuah pengamalan dan manfaat juga bagi para
seniman dan masyarakat luas. Nilai-nilai umum yang diberikan pada seni budaya
adalah estetika dan etika. Nilai estetika dilihat pada seni budaya salah
satunya dari segi penampilan dan gerakan-gerakan dalam pertunjukan seni budaya
Topeng Blantek. Nilai etika pada kesenian ini ditunjukan dengan moralitas,
religius, dan karakter.
Dalam pertunjukan teater seni Topeng Blantek
ini memiliki banyak peran yaitu sebagai media sosial, media dakwah, dan sebagai
menghibur masyarakat yang menonton pertunjukan tersebut. Fungsi dan peran
sangat penting disamping untuk menghibur masyarakat dan Topeng Blantek ini
didalam pertunjukan dapat unsur unsur dakwah yang isinya nasehat dan ajaran
agama maknanya banyak bagi para penonton pertunjukan seni Topeng Blantek dan juga
pertunjukan tersebut sebagai media sosial pada saat penampilan pertujukan
dimulai setiap pemain melakukan interaksi menyapa para penonton dengan salam
dan pada saat pemain mulai bermain melakuan lakonan atau alur cerita yang lucu
sehingga mengajak penonton masyarakatnya tertawa.
Topeng
Blantek Sebagai Media Sosial
Seni budaya adalah bagian dari kehidupan
mayarakat dan juga merupakan sebuah media sosial masyarakat. Seni budaya
sebagai media sosial yang dihasilkan dari produk sosial untuk menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Topeng Belantek adalah berperan sebagai media
sosial masyarakat Betawi. Media sosial yang berlandaskan atas nilai-nilai dan
merupakan sebuah sarana apreasiasi masyarakat untuk menampilkan sesuatu yang ingin
diungkapakan dan disalurkan melalui pertunjukan. Salah satu yang diungkapkan
pada publik dan pemerintah, berisikan kepedulian, kritik sosial yang merupakan
bagian dari nilai sosial dalam Topeng Blantek.
Topeng Blantek merupakan bagian dari teater
Betawi, memiliki fungsi sebagai sarana informasi masyarakat dalam aspek-aspek kebudayaan
yang berisi tentang sejarah, aktivitas masyarakat Betawi, dan seni. Aspek
tersebut sangat menjadi rujukan isi pada sebuah kesenian.
Dalam Topeng Blantek aspek-aspek tersebut
saling berkaitan dan juga termasuk hal yang utama dalam pementasan yang terdiri
dari latihan adegan, pementasan teater yang menggunakan panggung sebagai medianya.
Pada aspek latihan adegan merupakan sebuah kegiatan persiapan yang akan
ditampilkan.
Seni topeng belantek merupakan sebuah media
sosial. Media yang bersifat untuk semua kalangan masyarakat. Media yang
memberikan pesan pada para penonoton. Seni topeng belantek sebagal media sosialisasi
menyampaikan pesan melalui isi cerita melalui sebuah teater.
Teater merupakan sebuah sarana ekspresi para
pemain topeng Belantek untuk menunjukan keterampilan atau keahliannya dalam
berseni. Dalam teater menunjukan kemampuan pemain yang di peroleh dan pelatihan
bakat dan proses belajar individu yang dimiliki pemain pada seni. Teater pertunjukan
kesenian Topeng Belantek memiliki tujuan untuk mentranformasikan nilai pada
masyarakat dengan melalui pertunjukan seni budaya Topeng Belantek merupakan
repsenasi dan ide, gagasan, dan cerita yang disampaikan oleh para pemain dan
seniman yang tergabung pada komunitas betawi dalam sanggar, sehingga para
penonton dapat mengambil pelajaran dan pesan dan pertunjukan tersebut.
Oleh sebab itu, kesenian Topeng Blantek
memiliki peran sebagai media sosial mampu menciptakan hubungan sosial menurut
Raymond William, dalam Chris Barker bahwa “budaya meliputi organisasi produk
struktur lembaga yang mengekspresikan hubungan sosial, dan bentuk komunikasi
anggota masyarakat”. Kesenian Topeng belantek juga dapat menciptakan interaksi
antara seni dengan masyarakat (Chris, 2004).
Hubungan interaksi sosial berlanjut pada
pemahaman dengan para penonton dan berpengaruh pada masyarakat dalam Goerge
ritzer bahwa “terjadinya proses interaksi sosial harus memiliki sifat pengaruh
dan mempengaruhi” (Ritzer, 2007: 27).
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh pemain
dengan menampilkan cerita yang ingin disampaikan pada masyarakat. Hal tersebut
menunjukan proses sosialisasi terwujud melalui adanya hubungan komunikasi
melalui perilaku terbuka dan peran seniman dan pemain topeng belantek itu
sendiri. Perilaku terbuka dalam hal ini ditunjukan dengan gerakan-gerakan dan
adegan yang ditampilkan Seni topeng Belantek itu merupakan sarana menyampaikan
sesuatu dalam proses untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, peran Topeng
Blantek sebagai media sosial dapat berperan penting dan memberi manfaat karena didalam
pertunjukanya mengandung nilai-nilai yang mudah di serap dan tersampaikan untuk
para penonton atau masyarakat Betawi yang meliputi kegiatan atau aktivitas dan
kebiasaan kehidupan sehari masyarakat Betawi.
Topeng
Blantek Sebagai Media Pendidikan
Peran Topeng Blantek sebagai media pendidikan
itu sendiri merupakan proses pembelajaran menuju masyarakat yang bertujuan positif
dalam Nurul Zuriah bahwa “pendidikan yang memberikan hal positif tidak hanya
pemberian kognitif, selain itu terdiri dan beberapa unsur-unsur yaitu penanaman
moral, etika, dan estetika dalam kehidupan.”(Zuriah, 2008: 19).
Pola pendidikan pada seni topeng belantek
rnengarah pada adanya eksistensi dan penyampaian nilai-nilai pada masyarakat
dalam Tirtaraharja Umar bahwa “pendidikan itu merupakan sesuatu yang
memiliki sifat atau nilai universal dan berlangsung secara terus menerus tidak
putus” (Ibid).
Disetiap pertunjukan Topeng Blantek terdapat
pembelajaran untuk penontonnya bahwa pertunjukan Topeng Blantek memberikan
hal-hal yang membantu pengetahuan masyarakat atau penonton didalam alur
ceritanya menunjukan dan memperlihat nilai nilai yang menjadikan suatu tutunan dalam
bermasyarakat ataupun berkelompok karna itu Topeng Blantek bukan hanya tontonan
yg menghibur tetapi Topeng Blantek juga bias menjadi pembelajaran bagaimana
cara bersosialisai berkomunikasi dan berinteraksi kepada masyarakat yang
menontonnya.
Pengetahuan itu menunjukan adanya tingkat
kecerdasan pada para pemain seni topeng belantek. Gagasan atau ide yang ingin
disampaikan dikemas dalam cerita atau kisah-kisah yang diambil dan tokoh dan kehidupan
masyarakat Betawi. Hal tersebut menjadikan pengetahuan yang menonjol pada seni
Topeng Belantek yaitu sejarah dan Betawi.
Pengetahuan sejarah ini bertujuan membahas
tentang seni budaya tradisional tempo dulu. Seni budaya Topeng Blantek
merupakan peninggalan para seniman dan masyarakat Betawi dahulu. Salah satu pengetahuan
sejarah yang terkenal yaitu mengenai cerita si pitung.
Pengetahuan sejarah juga memiliki tujuan lain
pada masyarakat yang merupakan penonton harus peduli dan melestarikan
budayanya.
Di dalam buku karangan Poedjawijatha bahwa “pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahuinya”(Poejdawijatna, 1983 : 19) pengetahuan
dalam hal ini bersifat wawasan.
Wawasan pengetahuan terhadap kesenian budaya.
Para seniman dan pemain harus mampu memahami dan mengerti tentang seni.
Pengetahuan yang dihasilkan dan para pemain seni budaya topeng Belantek pada
masyarakat salah satunya dengan memberikan sejarah budaya masyarakat Betawi.
Hal itu karena Seni topeng Belantek merupakan bagian dan budaya tradisional
masyarakat Betawi.
Pengetahuan yang bersumber pada keingintahuan
terhadap sesuatu. Pengetahuan yang merupakan sebuah ide atau gagasan yang ingin
di sampaikan pada masyarakat. Pengetahuan yang di berikan pada seni budaya ini
tidak dengan teori. Namun, pembenian itu bersifat tersirat terhadap masyarakat
yang menonton. Pengetahuan itu pun tidak terbatas hanya pada satu aspek, tapi
lebih luas.
Pendidikan itu sendiri merupakan proses
pembelajaran menuju masyarakat yang bertujuan positif dalam Nurul Zuriah bahwa “pendidikan
yang memberikan hal positif tidak hanya pemberian kognitif, selain itu terdiri
dan beberapa unsur-unsur yaitu penanaman moral, etika dan estetika dalam
kehidupan.”(Zuriah, 2008: 19).
Pola pendidikan pada seni topeng belantek
mengarah pada adanya eksistensi dan penyampaian nilai-nilai pada masyarakat
dalam Tirtaraharja Umar bahwa “pendidikan itu merupakan sesuatu yang
memiliki sifat atau nilai universal dan berlangsung secara terus menerus tidak
putus” (Ibid).
Aspek pengetahuan yang ada pada topeng
belantek yaitu mengandung sejarah. Sejarah merupakan bagian dari pendidikan dan
pengetahuan. Point pengetahuan sendiri yang satu ini akan mengajak pada
masyarakat untuk mencintai dan lebih peduli akan budayanya. Sifat tersebut yang
ditanamkan pada masyarakat sekarang ini “Jangan melupakan sejarah”.
Oleh sebab itu, para pemain seni Topeng
Belantek tidak hanya menampilkan keterampilan fisik, akan tetapi dan segi
kognitif juga harus menguasai. Penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh para
pemain seni Topeng Belantek merupakan bagian dan sisi kemampuan pada dirinya.
Hal tersebut salah satu dan modal budaya pada
kesenian tradisional Topeng Belantek. Dan dapat memberikan pembelajaran atau
bagi penontonya sehingga sangat berperan jika didalam pertunjukan Topeng
Blantek itu ditanamkan pola pendidikan.
Topeng Blantek Sebagai Media Dakwah
Topeng Blantek memiliki fungsi bukan hanya
sebagai hiburan. Namun Topeng Blantek berfungsi sebagai alat untuk berdakwah menyebarkan
ajaran-ajaran agama Islam, karena Asal mula Topeng Blantek sampai menjadi
sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran wilayah Jakarta di
mana terdapat suku Betawi. Para pedagang tersebut yang memperjualkan
dagangannya melalui celoteh-celoteh (katakata), mempunyai arti atau makna
tentang penerangan yang memberikan angin positif bagi para penonton yang
melihat, mendengar dan memahami dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian
menjadi sebuah pertunjukan.
Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan berasal
dan kalangan ahli agama Islam yang akhirnya mempergunakan Topeng Blantek
sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada masyarakat (wawancara
Nasir Mupid).
Hal itu ditambah dengan iringan lagu-lagu
Islami seperti Al Fiqih, Aisyah, dan Maulana. Sedangkan lagu hiburan, salah
satunya Jali-jali. Pada konteks lain nama Topeng Blantek diambil dari alat
musik rebana biang dan kotek sebagai iring-iringan pertunjukannya. Namun
seiring perkembangan waktu penggunaan Rebana Biang bergeser pada alat- alat tradisional
lain yang digunakan sebagai pengiring Topeng Belantek seperti Gong, Gendang,
dan lain-lain, sehingga Rebana Biang jarang digunakan oleh para seniman.
Alat-alat tradisional tersebut sebagai pelengkap dalam kesenian topeng
belantek.
Adanya nilai religious yang terkandung pada
seni Topeng Blantek, hal ini ditunjukkan dari sisi kaum Betawi yang selalu
menggunakan songkok dan kain sarung pada penampilannya. Songkok dan sarung merupakan
simbol umat Islam yang sangat kental pada kaum Betawi. Pada seni budaya Topeng
Blantek adanya tokoh Jantuk juga diidentikkan dengan tokoh agama. Karena Tokoh
sentral tersebut yang merupakan ciri khas Topeng Blantek selalu memberikan
nasihat-nasihat di akhir acara pementasan Topeng Blantek. Nasihat-nasihat
tersebut mengandung unsur-unsur agama yaitu tentang kejujuran, kebaikan untuk
selalu beribadah, dan lain-lain. Pada pergelaran Topeng Blantek yang terkadang selalu
diiringi dengan musik-musik tradisional yang bernuansa Islami.
Nilai religius pada Topeng Blantek memberikan
warna terhadap seni budaya Topeng Blantek. Para seniman Betawi yang juga pemain
Topeng Blantek dalam membuat tema yang dibuat harus memiliki sisi agama (wawancara
Abdul Aziz).
Sehingga pada pertunjukan seni Topeng Blantek
memberikan peran yang sangat bermanfaat untuk penonton khususnya masyarakat
Betawi islam. Selain itu, dari simbol warna-warna topeng (merah, putih, dan merah
jambu) yang digunakan dalam pentas dianggap memiliki nilai filasofis yang
tinggi, sehingga dianggap sangat sakral. Bahkan dahulu, pertunjukan topeng
diawali dengan pelaksanaan ritual ngukup (Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB
UI, 2012: 72-73).
Memang pertujuan Topeng Blantek biasanya di
maksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasihat nasihat
tertentu kepada masyarakat. Cara menyampaikan kritik atau nasihat tersebut
biasanya dilakukan lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak
dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran. Itulah sebab kesenian ini
mempersyaratkan para pemainnya mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup tinggi
(wawancara Abdul Aziz).
Topeng
Blantek sebagai media Hiburan
Pertunjukan Topeng Blantek kerap menjadi
hiburan masyarakat saat hajatan pernikahan, sunatan dan syukuran lainnya,
memang sangat menghibur ketika masyarakat menonton pertunjukan dan melihat kelucuan
para pemain yang memainkan lakon alur cerita memperlihatkan lelucuan yang
mengundang tawa para penontonnya, para pemain pun sangat interaktif membawakan
cerita dari gaya, watak, prilaku sesuai perannya masing-masing. Keluar masuk
peran merupakan keluar masuk pemain kedalam perannya untuk keluar menjadi diri
sendiri dan kembali masuk menjadi peran yang dimainkan pemain. Pemain dapat
keluar dan perannya saat situasi tertentu dan masuk kembali ke dalam perannya ketika
melanjutkan ceritanya.
Ciri khas lelucon teater rakyat terutama
tradisi Betawi yang sering menggunakan metode keluar masuk peran secara
spontanitas dan naluri pemain tradisi tersebut. Keluar masuk peran bisa terjadi
kapan saja pemain mau, apabila pada situasi tertentu pemain dapat menghidupkan cerita
tersebut dengan metode keluar masuk peran tersebut.
Misalnya ketika seorang tokoh Jantuk
menggunakan Topengnya, maka tokoh Jantuk tersebut sedang berperan menjadi tokoh
Jantuk, namun ketika tokoh Jantuk tidak menggunakan topengnya maka tokoh Jantuk
sudah berperan sebagai tokoh lain, misalnya menjadi tokoh Bapak, atau tokoh yang
terpenting dalam cerita tersebut. Media ekpresi yang digunakan tokoh Jantuk
tentunya menggunakan media ekspresi berbentuk Topeng Jantuk. “Dalam Topeng
Blantek tokoh Jantuk diharuskan menggunakan
topeng berkarakter tokoh Jantuk” (wawancara Nasir Mupid), tokoh yang
harus menggunakan topeng dalam Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk.
Ketika pertunjukan dimulai, tokoh Jantuk
sebagai pembuka narasi Topeng Blantek menggunakan topeng, namun pada saat
cerita pertunjukan berjalan, pemeran Jantuk dapat membuka Topengnya dan dapat
berperan sebagai tokoh lain dengan tanpa menggunakan Topeng
Jantuk.
Perlunya pemaknaan dan Pemahaman merupakan
titik awal dalam mempelajari sebuah sesuatu, seperti seni kebudayaan Topeng
Blantek, Pemahaman penafsiran terhadap sesuatu berdasarkan rasionalitas. Pemahaman
atau Verstehen terhadap sesuatu berdasarkan sikap rasionalitas dan
subyektifitas (Ritzer, 2007: 127).
Artinya bahwa pemahaman individu terhadap
sesuatu hal berbeda-beda tergantung dari sisi rasionalitas dan sudut pandang
individu tersebut. Dilihat bagaimana ceritanya Topeng Belantek pada tema Si
Pitung atau tema yang lainnya selalu memperlihatkan cerita seperti kehidupan sehari-hari
namun didalam cerita atau tema-tema yang kita tampilkan mengandung makna maupun
nilai untuk diserap dan berguna bagi penonton maupun masyarakat khususnya
Betawi yang sangat tau bahasa dari yang kita tampilkan (wawancara Nasir Mupid).
Nilai-nilai didalam masyarakat digolongkan
menjadi 2 macam yaitu, nilai inti dan nilai periperi. Nilai inti adalah
nilai-nilai universal, sedangkan pada nilai peri-peri adalah nilai alternative
(Ahmadi, 1991: 15).
Nilai universal tersebut pengertiannya nilai
yang dapat diterima terdiri dari nilai sosial, nilai budaya dan nilai agama.
Berbeda dengan lembaga sekolah yang sifatnya formal maupun informal dengan
berbasis teori atau kongnitifitas, walaupun terlalu sering dalam penyampaian
pada saat pertunjukan seni budaya ini bersifat humoris.
Nilai-nilai yang terkandung pada sebuah seni
budaya Topeng Blantek harus ada dan tetap dipertahankan karena dapat menjadi
sebuah tuntunan hidup atau media untuk bermasyarakat. Oleh karena itu, seni budaya
Topeng Blantek tidak hanya sekedar tontonan, akan tetapi secara substansi
menjadi sebuah tuntunan di masyarakat luas terutama bagi kelompok masyarakat
Betawi dan seniman.
Sastra
Pada Topeng Blantek
Topeng Blantek memiliki sastra dan bahasa
tersendiri dalam pertunjukannya. Sastra pada Topeng Blantek ini memiliki ciri
khas sebagai berikut : bahasa yang digunakan, cerita yang dibawakan,
penggarapan cerita, alur cerita, dan pantun dalam pertunjukannya.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa
keseharian masyarakat Jakarta yang dikenal dengan sebutan bahasa Betawi dan
Sunda. Betawi memiliki daerah atau lingkungan bahasa suku kentalnya, yang
terdiri dari Betawi tengah dan Betawi pinggir. Bahasa Betawi tengah cirinya
setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal E, misalnya kata
kemana menjadi kemane. Pada bahasa Betawi pinggir cirinya setiap kata-kata yang
berakhiran vokal A diganti menjadi vokal AH, misalnya: kata kenapa menjadi kenapah
dan orang Betawi pinggir menyingkat kata tersebut menjadi napah.
Bukan hanya bahasa Betawi pinggir saja yang
digunakan oleh pelaku Topeng Blantek, terdapat pula bahasa Sunda keseharian
yang kasar dalam pertunjukan Topeng Blantek, misalnya : kehet, piru yaitu
cacian atau bahasa Sunda kasar yang biasa digunakan masyarakat Betawi.
Unsur-unsur Cerita Topeng Blantek antara lain :
·
Cerita
yang dibawakan biasanya cerita rakyat Betawi, cerita legenda Betawi (misalnya :
Pitung, Jampang Mayang Sari, si Jantuk, dan lain-lain).
·
Cerita
yang dibawakan bisa cerita apa saja yang penting ada tokoh Jantuk yang menjadi
narator atau dalang Topeng Blantek (bahkan cerita teater modern sudah sering
dibawakan Topeng Blantek tetapi harus diadaptasi ulang ke dalam bentuk cerita
rakyat Betawi).
·
Cerita
dari pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki naskah yang tertulis.
Pada perkembangan Topeng Blantek zaman
sekarang, cerita tersebut memiliki naskah yang tertulis dan naskah tersebut
hanya bagian plot-plot sebagai alur cerita untuk para pemain, ada pula yang
sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi biasanya pemain
Topeng Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata-kata yang
tertulis di dalam naskah tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi
dari cerita folklore (cerita rakyat turun-temurun) (wawancara Abdul
Aziz)
Topeng Blantek Kurang
Berkembang
Topeng
Blantek di Indonesia kurang berkembang dan kurang diminati dikarenakan pengaruh
globalisasi budaya yang masuk ke Jakarta, khususnya kebudayaan modern.
Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya jenis kesenian modern seperti sanggar
teater modern, banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk ke Jakarta, kurang
minatnya generasi muda dalam pelestarian kesenian ini serta kurangnya peran
pemerintah dalam pelestarian ini yang membuat kesenian ini hampir saja punah.
Salah
satu sanggar yang masih aktif yaitu sanggar Fajar Ibnu Sena, sanggar ini
merekrut anggota dengan cara sistem jemput bola, yaitu langsung mengajak partisipan
dalam pentas.
Pengembangan
Topeng Blantek lebih lanjut perlu dilakukan agar kesenian Topeng Blantek lebih
diminati dan dipelajari oleh para generasi muda. Hal tersebut dapat dilakukan
oleh berbagai pihak, diantaranya pihak sekolah sebagai rumah kedua generasi
muda dapat menambah ekstra kulikuler yang bersifat membangunkan kesadaran dalam
melestarikan kebudayaan di Indonesia terutama kebudayaan Betawi, yaitu Topeng
Blantek.
Pemerintah
khususnya di DKI Jakarta sebagai pemangku kebijakan dapat memfasilitasi dengan
cara membuat sanggar di berbagai daerah di ibukota Jakarta maupun memberikan
dukungan dana untuk sanggar yang sudah berdiri. Terakhir kepada para seniman
Betawi dapat membantu melatih generasi penerus yang ingin mempelajari
kebudayaan Betawi terutama Topeng Blantek.
Komentar
Posting Komentar